Skip to main content

๐— ๐—˜๐—ก๐—š๐—˜๐—ก๐—”๐—ก๐—š ๐Ÿญ๐Ÿด ๐—ง๐—”๐—›๐—จ๐—ก ๐—ง๐—ฆ๐—จ๐—ก๐—”๐— ๐—œ ๐—”๐—–๐—˜๐—› ๐Ÿฎ๐Ÿฌ๐Ÿฌ๐Ÿฐ

Bencana Tsunami Aceh yang terjadi pada 26 Desember 2004 menjadi peristiwa kelam bagi masyarakat Indonesia. Peristiwa yang terjadi 18 tahun silam ini diawali dengan gempa berkekuatan 9 Skala Ricther terpusat di Barat Daya, Banda Aceh yang merenggut 227.898 korban jiwa. Untuk mengenang tsunami Aceh 2004, ada beberapa fakta yang bisa menjadi pelajaran bagi kita semua. 1. Berdampak ke negara lain  Gelombang tsunami yang terjadi di pesisir Aceh saat itu diperkirakan mencapai ketinggian 30 meter dengan kecepatan mencapai 100 meter per detik atau sekitar 360 kilometer per jamnya. Tak hanya di Aceh, Indonesia, total ada sebanyak 15 negara terdampak oleh bencana tsunami di akhir 2004 itu.  Indonesia adalah negara yang dampaknya paling parah selain Sri Lanka, India, dan Thailand.  2. Korban meninggal 230.000 jiwa Di Seluruh dunia, Indonesia mencapai 170.000 jiwa  PBB pada 4 Januari 2005, mengeluarkan taksiran awal bahwa jumlah korban tewas akibat Tsunami Aceh meleb...

ASPEK SOSIOLOGIS YANG MEMICU STRATIFIKASI BERDASARKAN RAS DAN ETNISITAS

ASPEK SOSIOLOGIS YANG MEMICU STRATIFIKASI BERDASARKAN RAS DAN ETNISITAS
Stratifikasi sosial berdasarkan ras dan etnisitas menurut perspektif sosiologi hadir karena beberapa faktor, di antaranya:
1. Faktor Homofili
Homofili adalah sebuah teori sosial yang menyatakan bahwa manusia memiliki kecenderungan untuk menerima hal-hal atau orang-orang yang memiliki kesamaan dengannya. Semakin sama suatu konsep atau seseorang dengan orang tersebut, maka semakin mudah baginya untuk menerimanya. Dalam hal ras dan etnisitas, sifat homofili manusia berkontribusi besar dalam memicu munculnya diskriminasi, terutama bila sifat homofili ini didukung oleh adanya kekuasaan.
2. Faktor Kekuasaan
Kekuasaan sejatinya adalah faktor sentral yang menciptakan hadirnya stratifikasi berdasarkan ras dan etnisitas. Hal ini tentu berlaku untuk segala macam ras dan etnis di muka Bumi. Namun, dalam konteks AS, kekuasaan dimiliki oleh bangsa kulit putih dari Eropa. Didukung dengan teori homofili, kekuasaan yang dimiliki bangsa kulit putih kemudian digunakan untuk memberikan keistimewaan terhadap sesama kulit putih.
3. Faktor Mayoritas
Selain faktor kekuasaan, faktor lain yang terkait erat dengan sifat homofili manusia adalah faktor mayoritas. Terutama dalam negara demokrasi, suara mayoritas selalu memiliki peranan penting dalam menciptakan kebijakan, baik itu yang bersifat formal maupun nonformal. Kita mengetahui dengan baik bahwa AS adalah salah satu negara demokrasi terbesar di dunia, mereka bahkan bisa disebut sebagi jenderalnya negara-negara โ€˜demokrasiโ€™. Dengan segala macam atribut yang telah saya sajikan, maka semakin jelas gambaran proses terbentuknya stratifikasi berdasarkan ras dan etnisitas di AS. Pada tahun 1960 ketika Muhammad Ali memenangkan medali emas Olimpiade, 88,6% penduduk AS berkulit putih.
4. Faktor Historis
Faktor keempat yang menjadi dalang dari munculnya stratifikasi berdasarkan ras dan etnisitas di AS adalah faktor historis. Secara historis, mudah bagi kita melihat akar sejarah stratifikasi ini. Status penguasa bagi warga kulit putih sudah ada sejak lama karena merekalah yang menjadi tuan bagi para budak yang mereka beli, dan budak-budak ini adalah orang-orang kulit hitam yang โ€˜diimporโ€™ dari Afrika.
Keempat faktor yang saya jelaskan berkolaborasi dengan indahnya dalam hal menindas masyarakat kulit hitam di AS, menempatkan mereka di bagian dasar kehidupan sosial. Coba bayangkan dengan imajinasi liar kita mengenai kehidupan di tahun 1960; 90% warga AS adalah orang-orang kulit putih, orang-orang kulit putih memiliki peran sebagai penduduk mayoritas Amerika Serikat. Selain memiliki kekuatan sebagai penduduk mayoritas, orang-orang kulit putih juga menikmati kekuasaan sebagai pemimpin absolut di pemerintahan; kekuatan mereka bertambah secara eksponensial. Jangan lupa pula faktor homofili, manusia punya kecenderungan untuk menyukai manusia lain dengan berbagai macam kesamaan. 90% orang Amerika adalah kulit putih, dengan fakta ini, tentu 10% sisanya hanya akan menjadi orang luar; mereka hanyalah 10% anomali dari sebuah dunia yang dimiliki orang-orang berkulit putih. Sebagai bumbu terakhir, jangan lupakan faktor historis; orang kulit putih bisa menggunakan sejarah perbudakan sebagai justifikasi dari diskriminasi. Malah sebenarnya, penindasan yang mereka lakukan terhadap orang-orang kulit hitam secara psikologis memang terasa seperti hal yang biasa saja. Adalah normal di masa-masa itu untuk menganggap orang-orang kulit hitam sebagai bangsa kelas bawah.

STRATIFIKASI DI KEMUDIAN HARI
Meski tampak mencekam, gila, dan menakutkan, tapi stratifikasi di kemudian hari berangsur-angsur mengalami perubahan. Kulit hitam tidak lagi dianggap sebagai bangsa kelas dua, mereka setara dengan penduduk kulit putih; setidaknya berlaku dalam konstitusi. Dalam praktiknya, jarak strata antara kulit hitam dan kulit putih terus dikurangi, baik itu melalui gerakan-gerakan kesetaraan maupun lewat kegiatan sehari-hari yang dilakukan secara tidak sadar. Untuk poin kedua, saya menemukan data pendukung dengan tema pernikahan. Di AS, ternyata ada peningkatan dalam hal pernikahan antarras dan etnis; termasuk pernikahan antara orang kulit hitam dengan orang kulit putih.
Menurut data sensus, tingkat pernikahan antarras di AS pada awal tahun 1990 adalah sebesar 4,5%, kemudian meningkat menjadi 5,4% di akhir tahun. Ini merupakan sebuah peningkatan yang signifikan, yang kalau dilihat melalui data real, pernikahan antarras di AS pada saat itu meningkat dari awalnya 2,4 juta pasangan menjadi 3 juta pasangan di akhir tahun.[3] Data ini mungkin sudah berusia sangat lama, tapi sudah cukup untuk menunjukkan tren yang saya singgung di atas. Tren pernikahan antarras ini menurut saya adalah salah satu faktor penting yang akan membantu mengikis jarak strata antara ras dan etnis yang berkuasa dengan ras dan etnis yang berada di strata bawah. Pernikahan antarras dan etnisitas berimplikasi pada eliminasi pendekatan homofili dalam beberapa aspek kehidupan, semakin berimbangnya porsi penduduk tiap kelompok di dalam data sensus (karena pernikahan antarras dan etnisitas akan melahirkan manusia-manusia multiras dan multietnis), serta menyeimbangkan kekuasaan menjadi lebih merata lagi. Dalam hal kekuasaan, kita bisa melihatnya dari sosok Barrack Obama, Presiden AS pertama yang berkulit hitam.

Comments

Popular posts from this blog

Kewajiban Menantu Terhadap Mertua Menurut Islam

Bagaimana Kewajiban Menantu Terhadap Mertua Menurut Islam? Karena peran menantu, baik laki-laki maupun perempuan sangat penting dalam sebuah keharmonisan keluarga. Seseorang yang baru saja menikah pasti memikirkan bagaimana cara bersikap pada posisi barunya sebagai menantu di keluarga orang lain. Jangan sampai kehadirannya membuat keluarga yang sebelumnya harmonis menjadi berantakan. Maka dari itu, artikel ini akan membahas sikap menantu terhadap mertua menurut islam. Sikap Menantu Kepada Mertua 1. Memperlakukan seperti orang tua sendiri Hal yang selalu kita ingat sebagai menantu pria maupun wanita adalah mertua merupakan orang tua dari pasangan kita yang sangat berjasa karena telah merawat suami atau istri kita dari lahir hingga dewasa dan menikah dengan kita. Hendaknya kita bisa memperlakukan mereka sama seperti kedua orang tua kita meskipun pada awalnya mungkin sulit.  2. Selalu bersikap baik  Sebagai anak, hendaknya kita selalu bersikap baik di depan dan belakang mertua. T...